Jumat, 06 Mei 2011

System of Rice Intensification (SRI)

BUDIDAYA PADI
BERBASIS ORGANIK SRI
(System of Rice intensification)

OLEH : SAILAN, SP, M.Si
Pembina P4S Cita Laksana Mandiri

PUSAT PELATIHAN PERTANIAN DAN PERDESAAN SWADAYA (P4S)
"CITA LAKSANA MANDIRI"
BLOK IV DESA PEKIK NYARING KECAMATAN PONDOK KELAPA
KABUPATEN BENGKULU TENGAH PROPINSI BENGKULU
e-mail : p4scitalaksanamandiri@yahoo.co.id Telpon : 085268106016
web-blog: p4sclm.blogspot.com
2010

LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH
Judul : Budidaya Padi Berbasis Organik SRI
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap Penyuluh/petani tentang SRI
Metode : Ceramah dan Diskusi
Media : Peta Singkap
Waktu : 2 x 45 menit
Alat Bantu : Spidol, Karton, White Board
Pokok Kegiatan :

Uraian Waktu
Pendahuluan Pembukaan 2,5 menit
Perkenalan 2,5 menit
SRI 10 menit

Isi Materi 50 menit
Pengolahan Tanah
Pemilihan Benih Bernas dg Larutan Garam
Perendaman dan Penganginan Benih
Persemaian
Penanaman
Pemupukan
Penyiangan
Pemberian Air
Pengendalian Hama dan Penyakit
Panen
Diskusi 20 menit
Pengakhiran Kesimpulan 2.5 menit
Penutup 2,5 menit

SINOPSIS
Judul Materi : Budidaya Padi Berbasis Organik SRI
Bagian Awal :
Peningkatan dosis pemupukan anorganik perlu diimbangi dengan pemupukan organik. Tanaman padi bukan tanaman air, tetapi tanaman yang memerlukan air dan mampu hidup dalam kondisi tergenang air. Bahan organik mudah didapatkan disekitar tempat produksi dan rumah petani, ramah lingkungan, hasil produksi lebih berkualitas dan harga jual produk lebih tinggi. Prinsip metode SRI : Tanam bibit muda < 12 hari setelah semai, bibit 1 (satu) batang per titik tanaman dan jarak tanam jarang, pindah tanam sesegera mungkin ( < 30 menit) akar tidak putus dan terlipat, pemberian air macak – macak maksimal 2 cm dan terputus – putus, penyiangan lebih awal dan sesering mungkin dan dianjurkan untuk menggunakan pupuk organik.

Bagian Utama :
Pengolahan Tanah
- Dibajak/dicangkul,masukkan pupuk organik, digemburkan (struktur Lumpur sempurna), ratakan, air merata di atas petakan sawah, dan inkubasi 7 – 10 hari

Pemilihan Benih Bernas dengan Larutan Garam
- Masukkan air ke dalam ember plastik sebanyak 2 – 10 liter, masukkan telur ayam/itik ke dalam ember berisi air, masukkan garam dapur perlahan – lahan (aduk hingga larut), bila telur sudah naik ke permukaan air, penambahan garam dianggap cukup, keluarkan telur, dan masukkan benih padi ke dalam larutan bergaram, pisahkan benih yang mengapung dengan yang tenggelam, benih yang tenggelam dicuci dengan air bersih.

Perendaman dan Penganginan Benih
- Rendam benih bermutu dalam air selama 24 – 48 jam, benih diangkat dan ditiriskan (kering anginkan) selama 24 - 48 jam

Persemaian
- Di petakan sawah atau baki plastik atau kotak dari bambu (mudah waktu pemindahan, pencabutan dan penanaman). Tempat persemaian dilapisi daun pisang yang sudah dilemaskan, 3 – 5 hari sebelum benih disemaikan berikan tanah subur bercampur pupuk organik 1 : 1 dengan tinggi tanah 4 cm, taburkan benih yang sudah dikering anginkan / tiriskan di atas tempat persemaian dengan teliti, tutup dengan tanah subur atau campuran pupuk kandang dan kompos (usahakan setipis mungkin). Pada umur 5 hari setelah semai (HSS) bibit siap untuk di tanam (dibawah umur 15 HSS). Kebutuhan benih 5 – 7 kg/ha dari hasil perendaman (benih bermutu)
Penanaman
- Pola Bujur Sangkar 30 x 30 cm sampai 50 x 50 cm. Garis Petakan sawah dengan caplak, ambil bibit yang disemai beserta baki/ beseknya pada umur 5 – 15 HSS, lalu dibawa ke lahan yang akan ditanam, cabut bibit satu per satu dari pangkal perakaran pelan – pelan, usahakan akar tidak putus (sesegera mungkin ditanamkan), letakkan akar pada salah satu garis caplak, lalu ditutup tipis dengan tanah, posisi tanaman dan akar seperti huruf L

Pemupukan
- Ikuti rekomendasi anjuran pemupukan local spesifik Penyuluh Pertanian setempat, dan pupuk organik minimal 2 ton/ha (sesuai anjuran Petugas Pertanian).

Penyiangan
- Manual atau Rotary Weeder atau alat lain untuk membasmi gulma dan penggemburan tanah. Penyiangan 2 (dua) minggu sekali atau disesuaikan keadaan gulma yang ada. Semakin sering penyiangan dapat meningkatkan produksi padi

Pemberian Air
- Terputus – putus (intermitten) 1 minggu sekali sampai umur 50 – 60 HST, ketinggian air maksimal 2 cm (paling baik macak – macak/ 0,5 cm). Pada umur 50 – 60 HST air setinggi 5 -10 cm selama 4 hari (menekan anakan tidak produktif), lakukan pengeringan total sampai padi di panen.

Pengendalian Hama dan Penyakit
- Pengendalian hama dan penyakit terpadu dan tanam serempak. Hama Belalang, walang Sangit dan Kiong Mas dibuatkan perangkap, Wereng dikendalikan dengan penaburan abu gosok. Ingat ! Penggunaan pestisida hanya dapat dilakukan apabila hama dan penyakit belum dapat diatasi dengan cara lain.

Panen
- Semua bulir sudah menguning/gabah sudah masak (bila digigit tidak berair). Waktu panen SRI lebih cepat disbanding sistem konvensional

Bagian Terakhir :
SRI mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara : pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara. Metode ini dapat menghemat air, hemat biaya, hemat waktu, dan meningkatkan produksi.


LEMBAR PETUNJUK LAPANGAN
PENYULUHAN

Materi : Budidaya Padi Berbasis Organik SRI
1. TIK : Agar Penyuluh dan Petani memahami SRI
2. Metode : Pertemuan Penyuluh dan Kontak Tani di BP3K/Diskusi
3. Media : Peta singkap
4. Waktu : 2 x 45 menit
5. Lokasi : P4S CITA LAKSANA MANDIRI
6. Langkah Kerja

No Urutan Langkah Kerja Keterangan
1 Pembukaan
Sejarah singkat SRI 15 menit
2 Budidaya Padi Berbasis Organik SRI 50 menit
3 Diskusi untuk pendalaman Budidaya Padi Berbasis SRI 20 menit
4 Penutup
Menyampaikan rangkuman hasil pertemuan dan materi yang disampaikan 5 menit

7. Alat dan Bahan
Peta singkap, Spidol, kertas HVS

8. Gladi dan Pendalaman Materi
Salah seorang Penyuluh/Kontak Tani disuruh menerangkan perbedaan budidaya padi SRI dengan cara konvensional.

9. Evaluasi
Bertanya kepada salah satu Penyuluh/Kontak Tani tentang kelebihan budidaya padi berbasis organik SRI

10. Pengakhiran
Memberikan motivasi kepada Penyuluh/Kontak Tani untuk mensosialisasikan budidaya padi berbasis SRI.


BUDIDAYA PADI BERBASIS ORGANIK SRI
(System of Rice intensification)

OLEH : SAILAN, SP, M.Si

PUSAT PELATIHAN PERTANIAN DAN PERDESAAN SWADAYA (P4S)
"CITA LAKSANA MANDIRI"
BLOK IV DESA PEKIK NYARING KECAMATAN PONDOK KELAPA
KABUPATEN BENGKULU TENGAH PROPINSI BENGKULU
e-mail : p4scitalaksanamandiri@yahoo.co.id Telpon : 085268106016
web-blog: p4sclm.blogspot.com
2010


BUDIDAYA PADI BERBASIS ORGANIK SRI
(System of Rice intensification)

Oleh : Sailan, SP, M.Si
Pembina P4S Cita Laksana Mandiri

I. PENDAHULUAN
Prioritas permasalahan pembangunan pertanian saat ini adalah : pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing, penanggulangan pengangguran dan kemiskinan serta peningkatan kesejahteraan petani. Peningkatan dosis pemupukan anorganik tanpa diimbangi dengan pemupukan organik terbukti tidak mampu untuk meningkatkan produktivitas padi. Pada tahun 1980 tercatat 60 persen luas areal persawahan di Indonesia hanya mengandung C – organik tanah < 1,5 persen dan pada tahun 1999 luas lahan yang mengandung C – organik tanah < 1,5 persen meningkat menjadi 80 persen. Pada tahun 1980, 1990 dan 1999 Peningkatan dosis pupuk anorganik berturut – turut 268 kg/ha, 410 kg/ha dan 417 kg/ha produksi rata – rata 3,8 ton/ha, 5,1 ton/ha dan 4,8 ton/ha, hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan produktivitas sebesar 300 kg/ha pada tahun 1999.
Tanaman padi bukan tanaman air, tetapi tanaman yang memerlukan air dan mampu hidup dalam kondisi tergenang air. Dalam kondisi tergenang air (anaerob) tanaman padi memerlukan energi yang besar untuk membentuk kantung udara (jaringan aerenchym) pada kondisi ini 70 persen jaringan aerenchym mengalami degradasi dan mati, sedangkan pada kondisi lembab (aerob) jumlah sel aerenchym produktif lebih banyak selama masa vegetatif (moist during vegetatif fase), ini menunjukkan bahwa kebutuhan air dapat dihemat sampai 50 persen.
Pengaturan tata udara tanah dalam kondisi tanah lembab secara bergantian dapat meningkatkan keanekaragaman dan biota tanah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Bahan organik mudah didapatkan disekitar tempat produksi dan rumah petani, ramah lingkungan, hasil produksi lebih berkualitas dan harga jual produk lebih tinggi. Prinsip – prinsip metode SRI adalah : Tanam bibit muda < 12 hari setelah semai, bibit 1 (satu) batang per titik tanaman dan jarak tanam jarang, pindah tanam sesegera mungkin ( < 30 menit) akar tidak putus dan terlipat, pemberian air macak – macak maksimal 2 cm dan terputus – putus, penyiangan lebih awal dan sesering mungkin dan dianjurkan untuk menggunakan pupuk organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada musim kemarau 1999 rata – rata produksi 6,2 ton/ha dan musim penghujan rata – rata 8,2 ton/ha (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Sukamandi, Jawa Barat).

II. Pengolahan Tanah
- Tanah dibajak/dicangkul sedalam 25 – 30 cm sambil memasukkan pupuk organik
- Tanah digemburkan dengan garu sampai terbentuk struktur lumpur yang sempurna, lalu diratakan dengan ketinggian air merata di atas petakan sawah
- Lakukan inkubasi lahan sawah selama 7 – 10 hari

III. Pemilihan Benih Bernas dengan Larutan Garam
- Masukkan air ke dalam ember plastik sebanyak 2 – 10 liter
- Masukkan telur ayam/itik ke dalam ember berisi air
- Masukkan garam dapur perlahan – lahan dan aduk hingga larut, bila telur sudah naik ke permukaan air, penambahan garam dianggap cukup
- Keluarkan telur dari dalam ember dan masukkan benih padi ke dalam larutan bergaram perlahan – lahan
- Pisahkan benih yang mengapung dengan yang tenggelam
- Benih yang tenggelam dicuci dengan air bersih.

IV. Perendaman dan Penganginan Benih
- Rendam benih yang bermutu dalam air selama 24 – 48 jam
- Setelah direndam 24 – 48 jam benih diangkat dan ditiriskan (kering anginkan) selama 24 - 48 jam

V. Persemaian
- Dapat dilakukan di petakan sawah atau menggunakan baki plastik atau kotak yang terbuat dari bambu agar mudah pada waktu pemindahan, pencabutan dan penanaman
- Tempat persemaian dilapisi dengan daun pisang yang sudah dilemaskan, 3 – 5 hari sebelum benih disemaikan berikan tanah yang subur bercampur pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1 dengan tinggi tanah 4 cm
- Taburkan benih yang sudah dikering anginkan / tiriskan di atas tempat persemaian dengan teliti lalu tutup dengan tanah yang subur atau campuran pupuk kandang dan kompos (usahakan setipis mungkin)
- Pada umur 5 hari setelah semai (HSS) bibit sudah siap untuk di tanam dan usahakan bibit sudah ditanam semuanya dibawah umur 15 HSS
- Kebutuhan benih 5 – 7 kg/ha dari hasil perendaman pada point IV di atas

VI. Penanaman
- Pola penanaman menggunakan Bujur Sangkar 30 x 30 cm sampai 50 x 50 cm
- Garis Petakan sawah dengan caplak
- Ambil bibit yang disemai beserta baki/ beseknya pada umur 5 – 15 HSS, lalu dibawa ke lahan yang akan ditanam
- Cabut bibit satu per satu dari pangkal perakaran pelan – pelan, usahakan akar tidak putus
- Setiap batang bibit yag telah dicabut sesegera mungkin ditanamkan (kurang dari 30 menit) sudah ditanam di petakan sawah (satu bibit setiap lubang tanam)
- Pada waktu menanam letakkan akar pada salah satu garis caplak, lalu ditutup tipis dengan tanah, posisi tanaman dan akar seperti huruf L

VII. Pemupukan
- Ikuti rekomendasi anjuran pemupukan local spesifik Penyuluh Pertanian setempat
- Gunakan pupuk organic minimal 2 ton/ha atau sesuai anjuran Petugas Pertanian

VIII. Penyiangan
- Dapat dilakukan secara manual atau menggunakan Rotary Weeder atau alat lain dengan tujuan untuk membasmi gulma dan penggemburan tanah
- Lakukan penyiangan sesering mungkin atau setiap 2 (dua) minggu sekali atau disesuaikan dengan keadaan gulma yang ada. Semakin sering penyiangan dilakukan dapat meningkatkan produksi padi

IX. Pemberian Air
- Air diberikan secara terputus – putus (intermitten) setiap 1 minggu sekali sampai tanaman padi umur 50 – 60 hari setelah tanam (HST) dengan ketinggian air maksimal 2 cm, paling baik tanah dalam keadaan macak – macak dengan ketinggian air 0,5 cm
- Pada umur 50 – 60 HST masukkan air setinggi 5 -10 cm selama 4 hari untuk menekan pertumbuhan anakan yang tidak produktif, setelah itu lakukan pengeringan total sampai padi di panen.

X. Pengendalian Hama dan Penyakit
- Gunakan konsep pengendalian hama dan penyakit terpadu, benih yang sehat dan resisten terhadap hama dan penyakit dan tanam serempak
- Hama Belalang, walang Sangit dan Kiong Mas dibuatkan perangkap sedangkan Wereng dikendalikan dengan penaburan abu gosok
- Ingat ! Penggunaan pestisida hanya dapat dilakukan apabila hama dan penyakit belum dapat diatasi dengan cara lain.

XI. Panen
- Bila semua bulir sudah menguning atau gabah sudah masak dengan indikasi bila digigit tidak berair
- Waktu panen SRI lebih cepat disbanding dengan system konvensional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar